Oleh: Ustadz M. Shabbarin Syakur
Sekjend Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin
Pialang berdarah China, Hary Tanoesudibyo yang beragama Kristen, meski namanya berakulturasi Jawa, ternyata tidak mengubah karakter cukong yang biasa mengkooptasi pihak lain demi ambisi pribadi dan keluarganya.
Chairwoman Miss Indonesia Organization (Liliana istri Tanoesudibjo) sejak 2007 berjuang keras mengintervensi pemerintah untuk menjadi tuan rumah ajang kemungkaran Kontes Miss World. Dengan dukungan keluarga dan kolega kapitalisnya memaksa terselenggaranya miss world di Indonesia. Arogansi Tanoesudibjo memaksakan Kontes bikini Miss World perangkat Korporasi Kapitalis di dunia eksploitasi wanita tak terlepas dari promosi dan hegemoni perusahaan MNC Group memperdaya Pemerintah yang notabene masyarakatnya menolak ajang miss world di Indonesia.
Keputusan pemerintah melalui Menko Kesra Agung Laksono untuk tetap menyelenggarakan Miss World di Bali, sebuah indikasi buruk. Pemerintah telah melakukan diskriminasi separatisme di dalam Negara Kesatuan RI. Pemerintah telah memberi contoh buruk, mendukung arogansi etnis dan Sara Hindu di Bali, mengabaikan aspirasi mayoritas masyarakat muslim yang sebagiannya juga berada di Bali.
Sehingga pemda Bali bersama oknum masyarakat Hindu merasa enjoy memaksakan kehendak dan mengangkangi aspirasi mayoritas rakyat di Indonesia. Seakan membenarkan adanya fakta berbagai tindak kekerasan dan teror yang pernah terjadi di Bali adalah Islam biangnya, sehingga tak perlu mempertimbangkan aspirasi apapun dari umat Islam karena Bali adalah milik ummat Hindu Bali?.
Bahkan, untuk melaksanakan ajaran Nyepi saja, mereka mampu memaksa penerbangan internasional untuk tidak terbang diatas udara wilayah Bali dan melarang umat beragama lain untuk melaksanakan ajaran agamanya. Dikhawatirkan ke depan, arogansi pemerintah dan sekelompok oknum masyarakat Bali ini akan menjadi bumerang bagi masyarakat Bali di berbagai wilayah NKRI yang lain.
Sebagaimana pernah terjadi di Lampung, karena pelecehan seksual yang dilakukan oleh warga Bali dari kampung Balinuraga Oktober 2012 terjadilah kerusuhan bernuansa Sara sehingga 14 korban tewas dan bumi hangus kampung di kedua pihak. Kalau pemerintah mau jujur apapun yang dipromosikan oleh Hary Tanoesudibjo dan koleganya yang berkaitan dengan Miss World ini semuanya adalah upaya klasik koorporasi kapitalis untuk meraih popularitas dan mengokohkan hegemoni usahanya.
Sebagai ilustrasi kebohongan publik bahwa penyelenggaraan Miss World untuk kepentingan Negara; Tugas wajib bagi pemenang Miss Indonesia yang nantinya berkompetisi ke ajang Miss World (Miss Indonesia World) harus menjadi duta seluruh kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility ) MNC GROUP dan bertugas di bidang Management Finalis oleh Talent Management MNC (Media Nusantara Citra) milik Hary Tanoesudibjo dan istrinya Liliana Tanaja Tanoesudibjo.
Konspirasi Korporasi Kapitalis semakin nampak ketika sebagian saham MNC group dimiliki oleh investor Amerika yang berbasis di Los Angeles, Saban Capital Group Inc. pada 17 Oktober 2011. Sehingga tak heran jika sekarang Adam Chesnoff warga Amerika kelahiran Yerusalem (1965) yang mewakili Saban Capital Group Inc. menjadi komisari MNC GROUP bersama Bambang Rudijanto Tanoesudibjo, Irman Gusman (DPD RI) dan Drs. Sutanto (mantan Kapolri).
Terkuaknya topeng Hary Tanoesudibjo merapat mendampingi ketua umum Hanura (Wiranto) sebagai cawapres, menjadi preseden buruk di mata umat Islam dan rakyat Indonesia. Sebagai Cawapres Hanura, Hary Tanoesudibjo menjadi lobang kematian bagi Wiranto, dan Kontes Miss World adalah kuburan bagi partai Hanura yang mengingkari hati nurani rakyat. Belum berkuasa saja Korporasi Kapitalis besutan Tanoesudibjo sudah membawa petaka moral bagi Indonesia. Bagaimana jika berkuasa?