Oleh Ustadz Irfan S. Awwas
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Cadangpinggan Indramayu, KH Syakur Yasin, MA menyebut semua agama yang ada di dunia ini berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
“Semua agama ini buatan Tuhan. Apa ada sesuatu di dunia bukan buatan Tuhan? Apa ada sesuatu terjadi diluar kehendak Tuhan? Jadi semua agama ini buatan Tuhan ko,” ujar Syakur.
Lalu siapa nanti yang akan selamat?
“Dalam Al qur’an disebutkan bahwa nanti yang selamat akan ditentukan oleh Allah pada hari kiamat nanti. Jadi bukan sekarang, dan bukan manusia yang menentukan dengan mengklaim bahwa surga untuk umat agama tertentu,” ujar Syakur lagi.
Logika Syafsathah
Benarkah semua agama: Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu, dll berasal dari Tuhan, seperti dikatakan Syakur Yasin?
Logika Syakur Yasin, bukan logika akal sehat, melainkan logika syafsathah (logika semau gue, seakan benar padahal salah).
Jika benar semua agama yang diikuti manusia di dunia ini buatan Tuhan, mengapa terjadi perbedaan bahkan pertentangan antara agama yang satu dengan yang lain dalam masalah ketuhanan itu sendiri?
Contohnya, Kristen mengajarkan trinitas, yaitu tuhan bapak, tuhan anak, dan roh Kudus. Tetapi Islam menyangkal dan mendustakan doktrin yang diajarkan agama Kristen itu. Jika benar, agama Kristen berasal dari Tuhan yang sama dengan Tuhan yang diyakini agama Islam, mengapa terjadi pertentangan prinsipil ini? Begitupun agama-agama yang lain.
Lalu siapa yang akan selamat dan masuk surga?
Kata Syakur Yasin, “Allah yang menentukan tapi nanti di akhirat, bukan di dunia dan bukan menurut agama tertentu”.
Jika Syakur Yasin masih percaya adanya Allah, tidak perlu menunggu datangnya hari akhirat. Sesungguhnya Allah SWT merekomendasikan hanya satu agama yang benar. Yaitu, agama Islam, satu satunya jalan yang benar menuju keridhaan Allah. Begitulah difirmankan Allah SWT:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
“Agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam. Setelah datang Al-Qur’an kepada kaum Yahudi dan Nasrani, sebagian mereka beriman dan sebagian lain kafir kepada Muhammad karena rasa dengki mereka kepadanya. Siapa saja yang mengingkari Al-Qur’an dan kenabian Muhammad, di akhirat kelak Allah akan mengadili mereka dengan sangat cepat.” (QS Ali ‘Imran (3) : 19)
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Siapa saja yang memilih agama selain Islam, Allah tidak akan menerima amalnya. Kelak di akhirat, orang semacam itu termasuk orang-orang yang celaka nasibnya.” (QS Ali ‘Imran (3) : 85)
Apabila Syakur Yasin mengira, bahwa semua agama mengajak pada kebaikan. Ibarat, dua orang yang berseru dan mengajak orang lain untuk mengikutinya. Yang satu mengajak orang lain untuk menolong orang miskin dengan harta yang halal. Sedang yang satunya lagi membolehkan menolong orang miskin dengan harta hasil merampok atau korupsi. Apakah ajakan kedua orang tersebut sama baiknya? Atau anda, secara jujur akan mengatakan bahwa menolong orang miskin dengan jalan merampok harta orang kaya adalah salah? Sebab, menurut logika akal sehat, melakukan kebaikan, caranya juga harus baik dan benar sesuai dengan hukum dan moral yang benar.
Jadi, akal-akalan yang menyatakan, semua penganut agama akan masuk surga karena semua agama mengajak pada kebaikan adalah sesat dan menyesatkan.
Bahwa Tuhan Maha Berkehendak, memang iya. Oleh karena itu, dengan sendirinya Tuhan tidak mau disembah, atau ditaati menurut selera manusia sendiri.
Maka logika akal sehat menetapkan, harus ada rekomendasi dari Tuhan sendiri tentang agama yang benar untuk menjadi jalan bagi manusia mengikuti Kehendak-Nya dalam kehidupan di dunia ini. Bukan di akhirat, seperti Syakur Yasin katakan.
Bagaimana cara yang Allah kehendaki untuk digunakan manusia menyatakan diri tunduk dan mengagungkan-Nya? Bagaimana petunjuk Allah tentang apa yang harus dijalankan dalam beragama? Semua itu diperlukan di dunia ini, bukan di akhirat.
Sebab tanpa rekomendasi dari Allah, tentang agama mana yang benar di sisi Allah bagi manusia. Maka manusia tidak akan pernah menemukan kebenaran yang dikehendaki Allah dalam mengabdi kepada-Nya.
Jadi, beragama jangan akal-akalan, tapi berdasarkan akal sehat dan hujjah yang benar []
Yogyakarta, 10/11/2021