29.4 C
Jakarta
Rabu, 27 September 2023

Khutbah Jum’at ; Bahaya Sinkretisme Agama

Khutbah Jum’at
BAHAYA SINKRETISME AGAMA

Oleh Ustadz Irfan S. Awwas
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Sebagai Agama, petunjuk, dan pedoman hidup bagi manusia, Islam sudah sempurna. Karena itu, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kesempurnaan agama Islam dijamin oleh Allah Azza wa Jalla berdasarkan firman-Nya :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“…Pada hari ini Aku telah menjadikan Islam agama yang sempurna untuk kalian. Aku telah berikan hidayah-Ku kepada kalian dengan sempurna. Aku meridhai Islam menjadi agama kalian…” (QS Al-Ma’idah (5) : 3)

Ulama mufassir Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan bahwa: “Ayat ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil…” (Qs. Al-An’aam [6]: 115)

Akan tetapi, orang-orang kafir dan munafik tidak rela, dan tidak percaya terhadap kesempurnaan Islam ini. Maka mereka menyebarkan keragu-raguan, dan membuat-buat cara beragama gaya demokrasi yang dikenal dengan sinkretisme agama.

Apakah sinkretisme agama itu? Yaitu, paham atau gaya hidup yang mencampuradukkan satu agama dengan agama lain atau kepercayaan lain. Disinilah Orang Islam sering terjerumus paham sesat, tidak sadar bahwa ia memiliki aqidah, keyakinan, atau iman yang bercampur aduk dengan keyakinan, serta gaya hidup agama lain.

Dan hal itulah yang meresahkan masyarakat di Indonesia akhir-akhir ini, akibat pernyataan kontroversial kaum munafik yang dilontarkan pimpinan pesantren Alzaytun bernama Panji Gumilang. Beberapa contoh lontaran pernyataan sesat dan menista agama Islam antara lain:

  1. Al Qur’an bukan Kalam Allah Swt, melainkan Kalam Nabi Muhammad yang didapat daripada wahyu.”

Kalam Allah artinya ucapan atau firman Allah. Pernyataan panji gumilang ini dapat menjadikan pelakunya kafir kepada Allah sekaligus penistaan secara terang-terangan terhadap agama Islam, karena bertentangan dengan firman Allah,

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

Apakah orang-orang munafik itu tidak mau memperhatikan Al-Qur’an dengan seksama? Sekiranya Al-Qur’an ini datang dari selain Allah, niscaya mereka akan mendapati banyak sekali ayat-ayat yang saling bertentangan dalam Al-Qur’an ini. (QS An-Nisa’ (4) : 82)

وَاتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖۗ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا

Wahai Muhammad, bacakanlah kepada manusia ayat-ayat Al-Qur’an yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu. Tidak akan ada siapa pun yang dapat mengganti firman-firman-Nya. Kamu tidak akan memperoleh perlindungan selain dari Allah. (QS Al-Kahfi (18) : 27)

  1. Mencampur adukkan shaf shalat perempuan dan laki-laki. Perempuan berada di shaf terdepan bersama kaum lelaki, dengan alasan persamaan hak atau emansipasi.

Tatacara shalat, termasuk pengaturan shaf laki di depan, sedang perempuan di bagian belakang, bukan wilayah ijtihad manusia, sehingga boleh berkreasi menurut hawa nafsunya. Bukan soal perbedaan pendapat di antara mazhab fiqh sehingga ada opsi, yang boleh yang itu boleh. Akan tetapi merupakan contoh yang diajarkan Nabi Saw. sebagaimana sabda beliau,

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 628 dan Ahmad, 34:157-158]

Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa perbuatan dan ucapan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat shalat adalah penjelas dari perintah mujmal (global) dari Al-Qur’an dan berbagai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadits ini juga jadi dalil wajibnya meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mencontoh shalat yang beliau kerjakan. Segala perbuatan dan ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai shalat adalah wajib bagi umat Islam mengikutinya, kecuali ada dalil khusus yang menyatakan tidak wajibnya.

  1. Mengucapkan salam, versi yahudi, nasrani, hindu dll. Termasuk mengikut sertakan umat agama lain dalam shalat jamaah, dengan alasan toleransi.

Inilah jenis manusia munafik yang tidak puas hanya dengan Islam, sehingga merasa perlu mencontoh tradisi, adat kebiasaan agama lain, dengan alasan toleransi. Sehingga mereka mencampur adukkan ajaran agama dan prilaku beragama umat Islam dengan non Islam. Namun anehnya, prilaku beragama seperti ini pula, mengucap salam berbagai agama, ikut upacara agama yang berbeda agamanya, justru yang trending dalam pidato sambutan kalangan pejabat negara akhir-akhir ini. Tidak puas hanya mengucapkan salam yang diajarkan Islam, tapi dioplos juga dengan salam versi agama lain. Misalnya,
Assalamu’alaikum Wr. Wb., Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Selamat Sejahtera bagi kita semua.

MencampuradukkanSalam antar agama seperti ini, tidak ada kaitannya dengan toleransi ataupun moderasi beragama, melainkan penistaan terhadap ajaran agama. Dalam hal ini, disadari atau tidak, pelaku penistaan agama Islam bukan hanya Panji Gumilang, tetapi juga para pejabat pemerintah yang menggunakan salam sinkretis ini. Mereka semua melanggar ajaran Islam dan mengingkari ayat Al Qur’an secara berjamaah. Oleh karena itu penistaan ajaran Islam ini harus dihentikan. Allah Swt dengan tegas mengharamkan sinkretisme agama seperti itu melalui firman-Nya,

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.

Kemudian memerintahkan supaya umat Islam menerima saja apa yang diajarkan oleh Rasulullah.

وَمَاۤ اٰتٰٮكُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰٮكُمۡ عَنۡهُ فَانْتَهُوۡا‌ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ‌ۘ

“… Wahai kaum mukmin, apa saja yang Rasul perintahkan kepada kalian, maka laksanakanlah. Apa yang Rasul larang kalian untuk melakukannya, maka tinggalkanlah. Taatlah kepada Allah. Sungguh Allah itu Mahakeras adzab-Nya di akhirat.” (QS Al-Hasyr (59) : 7)

Wallahu’alam…

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.